Setelah kian banyan nonton film - film karya ghibli studio, kayanya ni film aku rekomended banget deh buat yang lagi galau hahha. langsung aja yah penilaian aku dan bebera referensi untuk fil ini :
Sedikit berbeda dengan film-film Studio Ghibli lainnya, From Up on Poppy Hill disutradarai oleh anak dari sang maestro Hayao Miyazaki, yaitu Goro Miyazaki. Setelah film debut Goro sebagai sutradara, Tales from Earthsea (2006), dicap tidak populer dan buruk, apakah percobaan keduanya kali ini mampu membayar kesalahannya? Lebih dari itu, dengan tetap adanya bimbingan ayahnya dalam penulisan cerita, dapatkan Goro Miyazaki belajar lebih dari ayahnya dan menjadi seseorang yang mampu menyamai standar dan membawa Studio Ghibli ke tingkatan yang lebih tinggi dari saat ini? Mari kita liat terlebih dahulu dari film ini.
From Up on Poppy Hill bercerita tentang kisah cinta antara Umi Matsuzaki dan Shun Kazama, siswa-siswi SMA di kota Yokohama pada tahun 1960-an. Umi merupakan siswi yang bertanggung jawab. Setelah ayahnya meninggal akibat Perang Korea dan ibunya yang sedang belajar di Amerika, Umi menjadi pengurus rumah tangga. Bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuk saudara-saudaranya, membeli kebutuhan pokok, serta membersihan rumah merupakan contoh kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Umi. Selain itu, setiap pagi Umi selalu mengibarkan signal flag yang berarti "I Pray for Safe Voyages", hal ini dilakukan sebagai tanda rasa sayang dan rasa rindu Umi kepada ayahnya yang telah gugur.
Layaknya film-film jebolan Studio Ghibli, From Up on Poppy Hill memiliki unsur estetika yang sangat mampu memanjakan mata kita. Palet warna terang dipadukan dengan nuansa cerah membuat film ini benar-benar enak untuk ditonton. Ditambah dengan soundtrack film ini yang terkesan nostalgia dan penuh rasa manisnya jatuh cinta (seengganya terdengar seperti itu, karena gue ga ngerti bahasa Jepang) membuat film ini wah banget deh.

Overall, From Up on Poppy Hill adalah film animasi yang memuaskan, Studio Ghibli masih mampu mempertahankan ciri khas yang juga menjadi senjata utama mereka. Sayangnya beberapa kesalahan kecil sedikit merusak potensi film ini untuk menjadi besar. Film ini tampil lebih natural, lebih dewasa, dan juga lebih realistis dengan kadar fantasi yang minim. Sebuah kisah emosional yang berkualitas mampu mencuri perhatian saya, dan hadir untuk menutupi beberapa kekurangan tadi. Berhasil menyampaikan semua pesannya yang memikat, film ini gagal untuk kembali mengejutkan layaknya Ponyo. Ya, mari berharap agar Hayao Miyazaki kembali hadir di bangku sutradara.  
Score: 8/10

Comments
Post a Comment