Rasanya sudah cukup waktu untuk
menceritakan di mana kami tinggal. 1 bulan yang lalu aku tinggal di rumah Abi dan
Umi bersama 5 orang anaknya, 1 menantunya, 9 orang anak angkatnya dan 2 rekan
guru. Alhasil rumah yang ukurannya tidak terlalu besar padat di huni. untungnya
ada Musola kecil di samping rumah. jika suasana hati kurang baik bisa meditasi
di sana.  Abi adalah sosok pemimpin yang
keras, cerdas, ulet dan tegas. Tak heran jika orang segan padanya. Beliau bekerja
sebagai pegawai negeri di dinas perikanan. Sedangkan Umi adalah orang yang
cekatan punya semangat yang berkobar kobar. meskipun beliau harus berjalan
dengan ditopang tongkat, semangat dakwahnya tidak mudah luntur. Umi adalah Mualap
namun pengetahuan agamanya tak bisa diremehkan. karakter asli orang Papua adalah
berwatak keras. Jadi jangan samakan dengan orang- orang Jawa. Bercandanya,
marahnya, nasihatnya jauh berbeda dengan orang Sunda. Jadi menghadapi mereka
jangan masukan ke hati. Anak sulungnya sudah menikah dan tinggal di rumah,
sisanya ada yang masih kuliah dan sekolah SD. sementara the little monster (9
anak angkatnya) tinggal di Musola. merekalah tolak ukur keberhasilan kami.
sebab rumah terlalu padat, sekarang
kami bertiga tinggal di sekolah. ruangan berukuran 7 x 4 m menjadi sarang kami.
perpustakaan yang multi fungsi, bisa jadi kantor, tempat makan, kamar tidur,
bioskop bahkan WC untuk kucing- kucing biadab. jangan berprasangka buruk
tentang sekolah ini karena tidak seburuk sekolah di novel laskar pelangi. pun
berprasngka baik. sebab sekolah kami tak punya lonceng atau bel, kelas – kelas
penuh kursi dan meja, peta, poto presiden dan lambang negara kami tidak punya.
satu- satunya yang menarik perhatianku dari sekolah ini adalah bahan
bangunannya karena 90 % disusun dari kayu yang luar biasa kerasnya yang mereka
sebut kayu besi. ruangan yang terbuka dengan atap dari daun daun sagu. tampak
seperti gubuk di tengah hutan. lapangan bola dengan rumput hijau hanyalah mimpi
buat kami. sebab kontur tanah di sini tidaklah rata. maklum bekas rawa. batas
tanah sebelah barat adalah sungai yang ikan masih banyak tinggal di sana,
sebelah timur adalah kebun warga, selatan kolam lele dan utara jalan raya.
Lembayung sore tampak indah jika
disaksikan dari atas loteng asrama. terkadang aku habiskan waktu sore di sana.
sekedar mendengarkan tilawah dan melepaskan rindu pada orang tua. mega mega
Jingga mampu mengobati lelahnya tubuh yang seharian dihabiskan untuk mengajar.
dan ribuan kelelawar berhamparan di langit sana seolah olah mengerti. mereka
berkata “sobat teruslah berjuang, teruskan jalan yang telah kau ambil jangan
biarkan siapa pun menghalangimu”.
12 April 2014
Comments
Post a Comment